Jumat, 23 Desember 2011

"Si Makhluk Ajaib: Madre”

Resensi Buku Fiksi ( Kumpulan Cerita)


Oleh :
Eristya Maya Safitri
5211100042
C

Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2011-2012


 
Judul Buku : Madre
Pengarang : Dewi Lestari
Penerbit     : Bentang Pustaka
Cetakan      : II, Agustus 2011
Tebal Buku: xiv+160 halaman

Para pecinta buku di Indonesia khususnya para remaja, kembali dihangatkan dengan terbitnya buku karangan wanita yang memulai kiprah menulisnya sejak tahun 2001. Wanita yang tidak hanya cakap dalam dunia tulis-menulis namun juga sangat berbakat dalam dunia tarik suara ini telah banyak mengeluarkan buku-buku yang berhasil menyihir hati para pembacanya dengan kelihaiannya dalam berbahasa dan kepekaannya pada ritme kalimat. Ritme kalimat yang digunakan oleh wanita yang bernama lengkap Dewi lestari atau akrab disapa Dee ini, mengikat, mengejutkan,  menyentuh, dan memesona para pembaca pada momen yang tepat. Kalimatnya berhenti atau terus bukan hanya karena isinya selesai atau belum tapi karena ingin memberikan sentilan agar para pembaca berdecak kagum.
            Karya-karya Dee yang spektakuler ini selalu bisa mengobati kerinduan hati para pembaca yang haus akan inspirasi dan motivasi. Kini Dee kembali hadir dengan salah satu karya fenomenalnya yaitu kumpulan cerita berjudul “Madre”. Kumpulan cerita pendek ini terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek. Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.
            Madre mengangkat kisah tentang seorang pria berdarah India yang baru mengetahui bahwa dirinya juga mempunyai darah Cina dari pihak kakek dari ibunya. Pekerja serabutan yang secara mendadak hidupnya diubah oleh sebuah makhluk ajaib bernama Madre. Pria yang bernama Tansen Wuisan ini, tiba-tiba mendapat warisan dari kakek kandungnya yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Ia hanya diwariskan sebuah kunci yang ternyata menjadi pembuka pertemuannya dengan Madre, si makhluk ajaib nan berharga ini, yang mampu menerangi gelapnya lorong memori tentang orang-orang yang mewariskan darah mereka di nadinya. Dengan dibantu oleh pak Hadi, yang merupakan sahabat dari kakek kandungnya, Tan—panggilan akrab Tansen—mulai belajar bagaimana mengakrabkan diri dengan Madre. Pak Hadi berkata, sesuai dengan pesan kakeknya bahwa hanya ia yang boleh mengurus Madre.
            Semua hal yang terjadi secara tiba-tiba itu membuat Tansen ragu akan jalan hidupnya. Sebagai pengalihan untuk menghilangkan kepenatan yang sedang mengganggunya, ia membubuhkan cerita hidupnya itu lewat blog pribadi sesuai dengan kebiasaannya. Kebiasaan tersebut ternyata membuat nasib Madre dipertanyakan, karena ternyata salah satu pembaca setia blognya adalah pengusaha roti terkemuka di Jakarta yang bernama Mei. Mei menawarkan diri untuk mengurus Madre dengan imbalan yang menggiurkan. Pada awalnya Tansen tergoda dengan tawaran dari Mei, namun ketika ia mencoba “berkomunikasi” dengan Madre, ia tahu jawaban apa yang telah diberikan oleh Madre padanya.
            Madre telah memilih Tansen. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan Tansen “berkomunikasi” dengan Madre di awal pertemuan mereka. Menurut cerita pak Hadi, yang dapat melakukan hal tersebut hanya Tansen dan neneknya, Laksmi. Kebanyakan orang baru bisa “berkomunikasi” dengan Madre setelah pertemuan yang kesekian kali. Pesan dari kakek Tansen yang dulunya di anggapnya konyol kini mulai di sadari maknanya oleh pak Hadi, Madre memang tidak bisa diurus oleh sembarang orang.
            Tan de Bakker yang awalnya tidur kini mulai bangkit dengan munculnya Tansen sebagai tonggak kreativitas dan modernisasi. Melalui kerjasama Tansen dan Mei, juga bantuan dari pak Hadi dan para pekerja Tan de Bakker terdahulu, mereka mulai bisa membuat gaung yang dulu hilang, terdengar kembali.
            Di dalam buku kumpulan cerita yang dikarang oleh wanita kelahiran Bandung, 20 Januari 1976 ini, juga di suguhkan cerita berjudul Menunggu Layang-Layang. Tarik ulur kisah Starla dan  Christian atau yang akrab disapa Che. Starla, seorang wanita desainer interior yang cantik, gaul, mapan dan pintar. Ia selalu berkeluh kesah tentang apapun pada Che, tentang semua kelakuan para pria yang sedang dekat dengannya. Christian, seorang arsitek pria yang  tampan, kaya, dan mapan yang menjalani rutinitas hidupnya yang monoton. Tidak ada wanita dalam kehidupan Christian selain Starla, sahabatnya. Starla dan Christian, pada kenyataannya adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang. Maka suatu keajaibanlah ketika mereka berdua bisa bersahabat dekat. Ketidakcocokan yang berujung pada persahabatan karib. Hal itu bisa dilihat pada cuplikan berikut:
“ Aku udah liat rumah sakitmu itu. Kamu banget. Kaku.” Demikian sapaan pertamanya. “ Coba MRI, deh. Kayaknya otak kamu sekarang udah benar-benar persegi,” lanjutnya menggenapkan.
“Kamu juga MRI, deh. Otakmu sekarang pasti udah nggak jelas kayak lukisan abstrak. Tinggal dibingkai terus dipajang di ruang tamu salah satu rumah tropis modern rancanganmu itu.” (halaman 128).
Starla ngakak. “Satu-satunya yang bikin kamu masih hidup itu ya selera humormu, tauk.”
Aku menghela napas. “Oh. Starla. Jangan sampai aku balik mencari alasan kenapa kamu masih hidup, ya. Karena itu cuma sopir bajaj dan Tuhan yang tahu.” (halaman 129).
Dimata Christian, Starla merupakan sosok wanita yang bersikeras menemukan pendamping hidupnya. Bisa jadi Starla berganti pasangan seminggu sekali, dan semua yang dialami oleh Starla tidak luput diceritakan wanita itu padanya. Sampai pada suatu hari, Rako, sahabat lama Christian yang bersekolah ke Inggris pulang ke Indonesia. dan disaat mereka berdua sedang bernostalgia di sebuah kafe, Starla datang. Itulah perkenalan pertama Rako dengan Starla. Christian menangkap sesuatu yang tidak wajar di mata kedua sahabatnya itu. Dan dugaan Christian benar, tidak lama setelah itu Starla berganti pasangan dengan Rako. Tapi hanya sesaat, sama seperti sebelumnya, cerita cinta Starla kandas di tengah jalan.
Sedikit banyak, putusnya hubungan Starla dengan Rako berdampak pada persahabatan Starla dengan Christian. Sampai akhirnya ada suatu kejadian tak terduga yang berhasil menghempaskan Starla dan Christian pada sebuah kenyataan: pada dasarnya mereka berdua sama-sama kesepian. Bedanya, Starla mencari, dan Christian menunggu.
Layaknya drama kehidupan, cerita Starla dan Christian memiliki ending yang hanya menjadi rahasia Tuhan. Apakah kelak pada akhirnya Starla akan menjadi layang-layang seperti impiannya? Walaupun jauh bebas mengangkasa, layang-layang tetap memiliki seutas benang yang mengikatnya di bumi. Sementara dilain pihak, dalam hati Christian berteriak dalam sunyi: aku tidak mau jadi layang-layang!
Selain Madre, Dee juga meluncurkan berbagai kumpulan cerita yang menarik dan memikat hati para pembacanya. Salah satu karangan yang masterpiece itu adalah Filosofi Kopi, yang menjadi best seller pada tahun 2006. Apabila dibandingkan dengan Madre, Filosofi Kopi memiliki tata bahasa yang masih sulit dimengerti oleh orang awam. Dalam Filosofi Kopi, Dee masih sering menggunakan bahasa yang bermakna ambigu, dan sulit dimengerti arah tujuannya. Selain itu Dee juga sering menggunakan istilah-istilah yang maknanya kurang akrab di masyarakat, sehingga sering membuat para pembaca mengerutkan kening dan menggaruk-garuk kepala karena berpikir keras akan makna istilah tersebut.
Masih mengusung tema yang sejak dulu menjadi ciri khas dari Dee, dalam Filosofi Kopi ini Dee juga membubuhkan bahasa-bahasa sastra yang filosofis. Baik Madre maupun Filosofi Kopi, keduanya memancarkan aura Dee yang begitu khas akan cerita-cerita filosofis kehidupan dan motivasi.
Kehadiran Madre layak disambut dengan penuh apresiasi. Seperti karya-karya sebelumnya, Dee mempunyai formula khusus yang membuat imajinasi tertulisnya terasa istimewa. Tak terkecuali Madre. Buktikan, bahwa Madre mampu menyihir para pembacanya untuk terus membalik halaman buku ini sampai akhir.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar