Jumat, 23 Desember 2011

Bahasa Terindah dari Sang Pengimajinasi yang Tak Terbatas



Judul Buku        : Kereta Tidur
Jenis Buku         : Fiksi
Penulis               : Avianti Armand
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan             :I-Jakarta, Juni 2011
Halaman Buku  : 136 halaman
No. ISBN          :978-979-22-7098-3



Pada pertengahan tahun 2011, Avianti Armand kembali memberikan sumbangsihnya terhadap dunia sastra Indonesia. Kali ini Arvianti datang dengan kumpulan cerpen fiksi yang unik danmenarik.Penulis yang memulai karirnya pada tahun 2008 ini telah meraih beberapa penghargaan, salah satunya ialah penghargaan Cerpen Terbaik Pilihan Kompas 2009. Ia memenangkan penghargaam tersebut berkat cerpennya yang berjudul “Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan Radian”. Sebelum menjadi penulis, Arvianti bekerja sebagai arsitek sejak tahun 1992. Tidak hanya prestasi dalam bidang sastra, tetapi Arvianti  telah mendapatkan penghargaan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) pada tahun 2008. Kumpulan cerita pendeknya yang pertama yaitu “Negeri Para Peri” yang terbit pada tahun 2009. Kereta Tidur adalah kumpulan cerita pendeknya yang kedua.
Kumpulan cerpen ini tampil dengan sampul yang minimalis. Dengan judul yang sedikit asing ditelinga berhasil membuat orang penasaran dengan isinya. Sampul belakang buku ini berisi kutipan-kutipan dari setiap cerpen yang membuat orang semakin penasaran. Di dalamnya terdapat 10 cerpen, yaitu Perempuan Pertama, Matahari, Dongeng dari Gibraltar, Requiem, Sempurna, Kupu-Kupu, Perempuan Tua dalam Kepala, Tentang Tak Ada, Tiket ke Tangier, dan Kereta Tidur.
Pada bukunya kali ini Avianti Armand memancing pemaknaan baru atas hal-hal yang biasa ditemui di masyarakat, seperti konflik cinta, masalah keluarga, dan pertanyaan atas eksistensi manusia.
Salah satu cerpen berisi masalah keluarga yang dikemas dengan cerita fantasi yang menyenangkan dan menngharukan, yaitu “Dongeng dari Gibraltar”. Cerita yang berasal dari kota Nunneuies, kota kecil di tepian Gibraltar. Disana tinggallah suami istri, Mesaud dan Sania, di rumah yang begitu kecil. Cuma ada satu pintu masuk, satu pintu keluar, dan jendela kaca di dinding depan. Terjepit di antara bangunan-bangunan berlantai dua di tengah kota. Mesaud hanya seorang guru biasa, sedangkan Sania membantu dengan menjadi penjahit. Sania begitu mencintai sumianya, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi setelah sepuluh tahun, tak satu pun anak datang pada mereka.
Suatu malam, mereka  menuju tanah Tomas Chapo di tepi kota untuk melihat pasar malam. Tak sengaja mereka masuk kedalam sebuah kemah kecil.Cheyerat nama pemiliknya.Berderet-deret peti yang menempel dinding; besar, kecil, tua, baru, kusam, mengkilap, coklat kulit, hitam besi, hingga merah darah. Ada yang dari Yunani, Persia, dan China. Yang berisi keadilan, berisi mimpi, hingga peti pengabul permintaan. Peti pengabul permintaan memberikan apa saja yang diminta, tetapi mengambil hal paling beharga yang dimiliki pemintanya. Setelah kejadian itu, tiba-tiba saja mereka berada di rumah dengan peti pengabul permintaan di samping mereka.
Ketika subuh menjelang, Mesaud dan Sania membuka tutup peti itu, dan siap menyerahkan hal paling penting yangmereka miliki. Di dasar peti,mereka menemukan sebuah pintu. Dibalik pintu itu terhampar semua yang mereka inginkan.Melangkahlah mereka masuk dengan bergandengan tangan. Pagi itu, penduduk Kota Nunnuies dikejutkan oleh tangis bayi dari arah rumah Mesaud dan Sania yang telah berubah menjadi rumah yang cantik dengan jendela kaca dan pintu kayu besar. Penduduk kota mencari Mesaud dan Sania tapi yang mereka temukan hanya seorang bayi laki-laki dan dua peti besar. Satu berisi uang emas dan satu lagi berisi dua jumput abu.
Dari cerpen di atas, dapat dilihat bahwa penulis berusaha mengeluarkan sisi romantis dari pasangan suami istri, Mesaud dan Sania dengan bahasa-bahasa yang menyejukkan jiwa. Penulis berhasil mengajak pembaca untuk ikut haru dengan berbagai permasalahan yang ada dalam keluarga tersebut. Alur cerita disampaikan dengan runtut, mulai dari pengenalan tokoh, pemunculan konflik, klimaks, dan penyelesaian konflik. Sehingga membuat pembaca tertarik untuk menyelesaikan cerita. Bahkan saat puncak konflik, Arvianti menghadirkan cerita yang membuat pembaca penasaran. Dan pada akhir cerita, Arvianti memunculkan endingyang tidak diduga-duga oleh pembaca.
Cerita lain yang diangkat dalam buku ini adalah cerita cinta yang kompleks. Seperti pada cerpen “Kereta Tidur”. Cerpen yang dimulai ketika seorang lelaki melihat seorang wanita berbaju putih yang duduk di kursi tunggu stasiun yang hampir kosong. Lalu menghampirinya dan mengetahui namanya adalah Naomi. Dengan Naomi, semuanya menjadi manis dan melankolis. Sejak itu mereka terpaut, meski terpisah. Karena lelaki itu sudah beristri dan perempuan itu telah tinggal dengan lelaki lain. Ketika musim semi masih pucat, warna-warna belum bulat, mereka kembali duduk bersisihan di bawah pokok sakura. Ia memeluk bahu perempuan itu dan memejamkan mata. Mereka tak tidur. Hanya terdiam.
Naomi menamakan diri mereka: pengumpul ‘suvenir’—hal-hal kecil yang mampir sejenak, mengikat dia, lelaki itu, dan tempat-tempat.Naomi tahu betapa inginnya kekasihnya mengabadikan mereka dalam potret dua dimensi yang bisa dia pandangi saat kangennya akut. Tapi tak bisa berbuat apapun. Mereka memang harus cukup puas dengan memori yang melekat pada benda-benda kecil itu.
Pagi itu mereka sarapan lalu menuju galeri seni. Hari yang begitu menyenangkan. Tapi,Naomi melangkah masuk dalam kereta tidur. Kereta yang tak menunjukkan pemandangan melainkan waktu. Hingga matanya tertutup. Mereka terpisah, bukan karena status mereka. Melainkan sebuah takdir besar tak terelakkan, kematian. Naomi telah kalah terhadap penyakit yang bertahun-tahun dilawannya.
CerpenKereta Tidur merupakan kisah haru tentang cinta. Memang terkadang cinta itu tak harus memiliki, tetapi yakinlah bahwa cinta sejati itu mencintai seseorang dengan tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun. Maka dengan itu, akan didapatkan sebuah hadiah dari Yang Maha Kuasa yang tak pernah tersirat di hati. Di suatu tempat abadi nanti.
Bahasa yang romantis mengajak para pembaca ikut terhanyut dengan kisah yang haru. Imajinasi penulis membuat cerita menjadi indah dan berbeda dengan kisah-kisah cinta yang biasa dibaca, seperti kisah cinta para remaja yang sudah sering muncul pada novel-novel teenlit yang membuat pembaca bosan dan tidak tertarik untuk melanjutkan isi cerita. Dari judul cerpen saja, pembaca pasti akan penasaran dengan isi atau maksud dari cerpen tersebut. Hingga pembaca menyelesaikan cerita itu, barulah terungkap apa arti dari kereta tidur sebenarnya.
Selain kedua cerpen di atas, masih ada delapan cerpen lagi yang menarik untuk dibaca. Tetapi ada beberapa cerpen yang sedikit  kurang apik. Seperti cerpen yang berjudul “Perempuan Tua dalam Kepala”, yang menceritakan kisah seorang anak dibawah umur yang dilecehkan oleh bapak tirinya sendiri. Dalam cerpen tersebut terdapat kata-kata yang tidak patut untuk dibaca oleh para remaja. Misalnya, “... tangannya akan membelai pahaku. “Tutup matamu. Kamu tak akan merasa sakit.” Lelaki itu berbohong. Aku merasakan nyeri yang luar biasa di bawah sana. Dan tetap nyeri walau mataku terpejam. Aku menjerit lagi. Ia membenturkan kepalaku ke tembok. Aku menjerit. Ia membenturkan kepalaku lagi. Lagi. Dan lagi...” (halaman 86). Sebaiknya, penulis lebih jeli lagi dalam pemilihan kata. Kata-kata  tersebut bisa diganti dengan menggunakan kata-kata yang lebih santun.
Jika melihat pada salah satu cerpen daribuku kumpulan cerpen karya Linda Christanty yang berjudul “Rahasia Selma” yaitu Kupu-Kupu Merah Jambu. Cerpen tersebut seteme dengan cerpen Kupu-Kupu karya Avianti. Cerpen yang bercerita tentang wanita malam itumemiliki banyak perumpaan yang terkadang tidak diselingi keterangan yang jelas sehingga membuat pembacamenjadi menerka-nerka. Tokoh yang pada akhirnya memberontak dan melakukan tindakan kriminal untuk bebas.Di sisi lain, Avianti Armand mampu menghadirkan cerita yang hampir sama, namun dengan teknik penceritaan yang sedikit berbeda. Memiliki banyak perumpaan yang diselingi penjelasan. Dan akhir yang menyentuh karena ketidakberdayaan sang tokoh utama.
Dalam buku ini banyak terkandung masalah yang biasa ditemui dalam masyarakat, tetapi dikemas dengan cara yang unik dan alur yang tak terduga-duga. Membuat setiap pembacanya terus tertarik untuk membaca hingga selesai. Bahasa yang puitis dengan pendiskripsian yang begitu detail, membuat pembaca seakan melihat langsung kejadian tersebut. Terkadang, membuat terhanyut dalam kata-kata yang indah. Hanya saja, keterangan waktu pada beberapa cerpen itu sulit untuk ditafsirkan, karena menggunakan bahasa yang asing ditelinga pembaca. Apalagi dengan beberapa alur yang maju mundur pada beberapa cerpen.
Kumpulan cerpen ini mengajak pembaca untuk lebih jeli dan peka terhadap permasalahan yang dianggap biasa terhadap sebagian orang. Memaknai sesuatu dengan cara yang berbeda. Dengan teknik penulisan yang lebih bervariasi akan membuat buku ini menjadi semakin seru untuk dibaca. Sejujurnya, sebuah cerpen tidak harus terbebani oleh pesan moral jika ingin berimajinasi. Penguasaan teknik bercerita merupakan peranan penting, selain itu  penjelasan tema yang merupakan inti dari sebuah cerpen juga harus dikuasai dengan baik. Karya ilustrasi cerpen yang baik tak hanya merangkul unsur narasi cerita, tetapi juga mengembangkan bahasa visual yang menghidupkan imajinasi.
Penguasaan Arvianti Armand dalam berimajinasi dan berbahasa yang indah membuat buku ini wajib dibaca oleh para pembaca yang haus akan bahasa puitis yang terkandung dalam sebuah cerpen.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar